Pages

Puisi : Almamater

Selasa, 06 Mei 2014



Halo ^_^

Malam ini pengen posting puisi yang judulnya Almamater karya Ayatroehadi, ini puisi pas bener buat yang bentar lagi mau perpisahan dari sekolah, mengingatkan betapa almamater harus selalu dijaga, diingat dan dibangun walalupun sudah jadi alumni. Pengen banget posting puisi ini karena tadi pagi baru menghadiri acara perpisahan sebuah sekolah, dan ada pembacaan puisi ini, pembaca puisi nya bagusss banget bacain ni puisi, bener bener dihayati dan didalami, sampe sampe nangis banjir pas dengernya *ehlebay* Tapi seriusan tadi sempet nangis pas ni puisi dibacain dan orang-orang di sebelah saya hanya memandang curiga, mungkin berpikir "ni anak kenapa sih? orang baca puisi kok mewek -_-" tapi mungkin itu karena mereka tidak mendalami puisinya, dan mungkin juga karena saya terlalu mendalami puisinya xD okedeh cukup basa-basinya, ini puisinyaaa ^^





Almamater


Ayatroehadi






Aku melangkah ke luar gapura


dan tertegun di bawahnya: Gerbang


yang pernah menerima kedatanganku,


kini hendak kutinggalkan. Alangkah


kecil diriku, memandang keluasan


dunia di luar lingkungan kampus.






Sekian tahun yang lalu, aku melangkah


memasuki gapura ini, dan tertegun di bawahnya:


Di dalam, telah siap api menyala


untuk menggodogku. Alangkah bangga


hatiku, menjadi anak-didiknya.






Dan tahun-tahun berlalu, sekian kali telah berlalu.


Kemudian tibalah ketika, aku harus melangkahkan kaki


ke luar gapura. Dengan bekal yang kubawa:


sedikit pengetahuan, sesusun pengalaman,


dan yang terpenting, seberkas nasihat:


"Anakku, kulepas kau pergi, adalah dengan keyakinan


telah bisa berdiri sendiri. Kurelakan kau berjalan,


dan yang selalu musti kauingat,


sekolahmu belum lagi selesai, tapi malah baru mulai.


Karena di luar lingkungan Alma matermu ini,


gerbang sekolah paling besar terbuka:


masyarakat, lingkungan yang harus kaumasuki,


dunia yang wajib kaudatangi,


di mana kau musti hidup dan menghidupinya.


Ia telah siap menerima kedatanganmu.


Ia menagih janjimu, menuntut bakti


dari segala yang pernah kautuntut di sini.


Pergilah kau, berjalanlah dengan tabah, anakku."






Dan aku pun melangkah ke luar gapura.


Tak kurasa, aku pun memalingkan muka.


Memandangnya untuk kali yang penghabisan,


dan kurasa, meneteslah airmata.


Aku tak bisa bicara, dalam hati cuma:


"Selamat tinggal, aku tak akan bisa melupakanmu,


Alma materku tercinta, karena kau bagiku


adalah tempat kelahiran yang kedua."






1965










1 komentar:

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS