Pages

Resensi Novel Ayahku (Bukan) Pembohong

Senin, 16 September 2013


Cinta Dalam Cerita

 

Judul Buku               : Ayahku (Bukan) Pembohong

Penulis                      : Tere - Liye

Tahun Terbit             : 2011

Penerbit                    : PT Gramedia Pustaka Utama

Jumlah Halaman       : 299 Halaman

Ukuran Buku           : 20 x 13,5 cm

Harga                        : Rp 45.000,-

 

 

 

 

Novel Ayahku (bukan) Pembohong adalah novel yang ditulis oleh Darwis atau yang lebih dikenal dengan nama pena Tere ~ Liye. Tere ~ Liye adalah seorang penulis novel berbahasa Indonesia yang lahir pada 21 Mei 1979 di Sumatera Selatan.Tere ~ Liye dibesarkan di Sumatera Selatan, ia menempuh pendidikan di SD Negeri 2 Kikim Timur Sumatera Selatan, SMP Negeri 2 Kikim Timur Sumatera Selatan, SMA Negeri 9 Bandar Lampung dan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.Tere ~ Liye mempunyai seorang istri bernama Riski Amelia dan seorang putra bernama Abdullah Pasai.Karya karya Tere ~ Liye yang lain seperti Kisah Sang Penandai, Eliana (Serial Anak-Anak Mamak), Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, Pukat (Serial Anak-Anak Mamak), Burlian (Serial Anak-Anak), Hafalan Shalat Delisa, Moga Bunda Disayang Allah, Bidadari-Bidadari Surga, Rembulan Tenggelam Di Wajahmu, Senja Bersama Rosie, Mimpi-Mimpi Si Patah Hati, Negeri Para Bedebah dan Negeri di Ujung Tanduk juga mendapat respon positif dari para pembacanya.

Novel ini dibuka dengan cerita saat Ayah Dam menceritakan cerita-cerita hebat kepada cucu-cucunya, anak Dam. Dam kesal pada ayahnya,namun ia berusaha menahan emosinya dan tetap duduk dengan diam. Cerita berlanjut dengan kilas balik tentang kehidupan Dam kecil, seorang anak yang dibesarkan dengan cerita-cerita kesederhanaan hidup.Cerita-cerita itulah yang mendidik dan membangun karakternya sejak kecil. Beranjak  dewasa, ia mulai berhenti percaya pada cerita-cerita ayahnya. Semakin lama rasa tidak percaya berubah menjadi rasa benci pada ayahnya. Ia merasa ayahnya telah berbohong padanya sejak kecil dan ia tidak akan pernah bisa memaafkan ayahnya. Akhirnya Dam terus membenci ayahnya bahkan sampai ia sukses dan berumah tangga. Karena rasa benci itulah, ia mendidik anak-anaknya dengan keras, ia tidak suka ayahnya bercerita dengan Zas dan Qon, anaknya. Ia tidak pernah mau menjenguk ayahnya yang hidup sendiri di rumah tuanya, bahkan ia pernah mengusir ayahnya dari rumahnya karena kekesalan yang tidak tertahankan. Namun pada akhirnya ia terlambat menyadari kesalahannya, saat ayah Dam meninggal, Dam baru menyadari betapa berartinya ayah di kehidupannya.

Novel ini menggunakan sudut pandang pertama. Dam menceritakan sendiri tentang kehidupan pribadinya. Alur yang digunakan adalah alur campuran. Walau menggunakan alur campuran, novel ini tidak membuat pembaca bingung, namun justru menikmati setiap masa ketika Dam kecil dan kembali ke kehidupan Dam dewasa.Novel ini menggunakan bahasa sederhana dan mudah dimengerti seluruh penikmat novel.

Novel ini sangat inspiratif dan kaya akan nilai-nilai moral dalam setiap alurnya. Novel ini menyadarkan kita betapa pentingnya keluarga, terutama ayah. Menyadarkan kita bahwa kita tetap harus menghormati dan menjaga perasaan orang tua, bagaimanapun sifat mereka dan menyadarkan kita akan hakikat kebahagiaan sejati yang selama ini disalahartikan orang. Alur dalam novel ini kompleks, membuat pembaca tidak merasa jenuh karena jalan cerita yang selalu berubah dan banyak kejadian mengejutkan yang dialami Dam. Namun dalam novel ini banyak menceritakan tentang tempat-tempat yang hanya ada dalam imajinasi manusia, seperti Lembah Bukhara dan Akademi Gajah.

Di balik itu semua, novel ini sangat cocok dibaca oleh semua orang, tidak mengenal usia, karena pesan moral yang baik dibaca dan diilhami oleh setiap orang.

 

 

 

 

 

 

 

 

 


 

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS